Senin, 11 Mei 2020

MATEMBING: KETEPATAN MENCIPTAKAN PELUANG & MEMBIDIK SASARAN

Di era 1990’an - sampai medio 2000’an, era gadget belum se-booming saat ini, bahkan barang tersebut masih merupakan sebuah barang yang sangat mewah. Pergaulan anak-anak di desa masih berkutat dengan permainan-permainan tradisional sebagai ajang sosialisasi dan interaksi, baik di lingkungan sekolah atau pun dirumah. Memanfaatkan waktu istirahat sekolah, anak-anak SD memainkan permainan tradisional seperti maengkeb-engkeban, magala-galaan, magoak-goakan, macapatan, matembing dan lain-lain. Sepulang sekolah, aktifitas tersebut akan dilakukan kembali bersama teman-teman sepermainan di lingkungan sekitar. Dengan lingkungan dan situasi yang sama permainan tradisional tidak pernah membosankan, karena berbagai jenis yang dimainkan dengan pola yang berbeda-beda. Kita kadang tidak memperhatikan bagaimana permainan tradisional itu diwariskan, dengan pola pergaulan  sebaya seketika saja permainan tradisional tersebut diperkenalkan. Secara tidak sadar pula, permainan tradisional merupakan sebuah pembelajaran, karena di dalamnya terdapat aturan-aturan yang khas dan harus diikuti disetiap permainan. 
Kurniati (dalam Haerani, 2013) menyebutkan bahwa permainan anak tradisional dapat mestimulasi anak dalam mengembangkan kerjasama, membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi secara positif, dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol diri, mengembangkan sikap empati terhadap teman, menaati aturan, serta menghargai orang lain. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa permainan tradisional dapat memberikan dampak yang sangat baik dalam membantu mengembangkan keterampilan emosi dan sosial anak. Bagi anak, bermain merupakan tempat pelarian yang nyaman dan tempat mereka mengontrol dunia mereka, pikiran, perasaan anak dapat dipahami dengan baik dan tercipta konteks yang aman untuk perkembangan emosi mereka. Secara tidak langsung permainan tradisional merupakan salah satu rekreasi atau hiburan bagi yang memainkannya. Dan segi emosional, dengan bermain dapat menumbuhkan rasa senang serta bebas. Pada akhirnya kegembiraan anak - anak dalam bermain akan mempengaruhi pula bagi tumbuh kembangnya kepribadian serta mental anak.
Salah satu permainan tradisional Bali yang menarik adalah permainan matembingMatembing berasal dari kata tembing, yang berarti “bibir/pinggir”, mendapat awal ma- yang berarti melakukan sesuatu perbuatan, sehingga matembing berarti sebuah permainan dengan uang kepeng yang dilemparkan pada salah satu sasaran. Permainan matembing merupakan permainan tradisional Bali yang dilakukan oleh 2-5 orang. adapun peralatan yang diperlukan antara lain, koin (uang kepeng, uang logam dan sejenisnya) dan bengol. Permainan dilakukan dengan cara membuat lubang dangkal di tanah dengan kedalaman 1cm dan diameter 1,5 – 2 cm yang dibuat dengan memutarkan uang logam di tanah. Masing-masing pemain akan mengeluarkan koin, kemudian koin-koin tersebut dilemparkan ke dalam lubang oleh pemain yang mendapat giliran yang ditentukan dengan kesepatakan. Apabila ada koin yang masuk kedalam lubang, koin tersebut boleh diambil oleh pemain yang bersangkutan. Selanjutnya pemain lain akan memberitahu kepada pemain pertama untuk membidik sasaran salah satu koin yang tercecer. Apabila bidikannya tepat, maka semua koin berhak diambil oleh pemain pertama dan demikian seterusnya. Tetapi apabila bidikannya justru mengenai sasaran lain, maka pemain yang membidik tersebut akan mengeluarkan koin lagi sebagai denda. Jarak antara lubang dengan posisi pemain yang melempar koin kurang lebih 3 meter yang dibatasi dengan garis.
Jika dicermati, permainan matembing ini merupakan sebuah permainan tradisional yang mempunyai implikasi sangat bagus dalam membentuk karakter kemandirian anak, di mana anak akan dilatih untuk menciptakan peluang dan memanfaatkan peluang yang ada untuk memperoleh hasil. Koin melambangkan hasil, karena koin tersebut merupakan hal yang akan diperebutkan dalam permainan tersebut. Kekalahan dan kemenangan dalam permainan matembing terlihat dari berapa banyak koin yang bisa dikumpulkan. Bengol merupakan alat pembidik, bengol melambangkan skil dan ketangkasan yang digunakan untuk membidik setiap peluang sehingga mendapatkan hasil. Lubang melambangkan ruang dan kesempatan untuk meraih peluang, lubang yang sedemikian kecil akan mampu menghasilkan sesuatu yang besar jika dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan kesempatan yang ada.
Dengan filosofi tersebut, kegiatan matembing dapat dijadikan sebagai sarana untuk membentuk karakter generasi muda Bali yang tangguh dalam memanfaatkan setiap peluang dan tantangan yang ada untuk menjadi peluang emas, sehingga akan memumbuhkan mental yang  kuat dalam menghadapi segala tantangan hidup. Seperti model permainan tradisional kebanyakan, aturan-aturan yang ada dalam matembing, dapat menjadi pedoman untuk menciptakan mental siap menang dan siap kalah dalam sebuah kompetisi yang dilandasi dengan kedisiplinan dan kejujuran dalam setiap lajurnya. Implikasi yang lebih nyata dari permainan matembing ini, dapat kita lihat dalam dunia usaha. Koin yang dikeluarkan oleh setiap pemain adalah modal dalam sebuah usaha, dengan alat, ketangkasan dan skil yang mumpuni kita dituntut untuk bersaing secara sehat untuk membidik setiap peluang yang ada, sehingga akan menghasilkan untuk kelangsungan hidup. Kesalahan dalam memanfaatkan peluang dan membidik sasaran menyebabkan kita akan merugi, sehingga akan mengeluarkan modal tambahan sebagai konsekuensinya.
Pola permainan matembing lebih mengedepankan pola permainan individual, pola persaingan dan bagaimana untuk memperberat jalan lawan. Dalam implikasi positif, pola tersebut memberikan gambaran bahwa sebagai individu, manusia harus mampu berjuang sendiri dalam setiap tantangan yang dihadapi. Itulah pentingnya kita untuk selalu mengasah kemampuan dalam bidang yang kita geluti, sehingga mampu menjadi professional. Sedangkan Implikasi negatifnya adalah kurangnya nilai kerjasama dalam permainan ini, ibaratnya sebuah kompetisi, semua harus dikerjakan sendiri, lawan tetaplah lawan dan merupakan orang yang harus dikalahkan. Selain itu jika diexplorasi secara berlebihan, implikasi negatif lainnya dari permainan ini adalah dapat dijadikan sebagai ajang berjudi, karena koin yang digunakan adalah koin uang yang menjadi taruhan.
Terlepas dari semua itu, matembing tetaplah sebuah permainan yang sangat menyenangkan, menantang, dan sangat seru dengan berbagai nilai-nilai positif yang bisa dihasilkan dari permainan tersebut. Semoga permainan ini dapat dilestarikan atau mungkin dapat dikemas untuk menjadi sebuah permainan rekreasi yang bisa dikompetisikan secara resmi. 

Daftar Bacaan
Nur, Haerani. 2013. Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Anak Tradisional. Jurnal 
Pendidikan Karakter 1
Tim Penyusun. 2017. Kamus Bali - Indonesia Beraksara Latin dan Bali. Denpasar: Dinas 
Kebudayaan Provinsi Bali

        Link Permainan Matembing:
https://www.youtube.com/watch?v=vR-yJ_wSoyA&t=7s