Semantik berasal
dari bahasa Inggris Semantics dari
bahasa Yunani sema (nomina) ‘tanda’ :
atau dari verba samaino ‘menandai’,
‘berarti’. Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian
ilmu bahasa yang mempelajari makna. Semantik merupakan bagian dari tiga tataran
bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi – sintaksis) dan semantik
Istilah semantik
baru muncul pertama sejak tahun 1894 melalui istilah American Philological
Associatiaon balam sebuah artikel yang berjudul Reflected meaning. Sejarah mengenai semantik dapat dibaca dalam
artikel “An Account of the Word Semantics
(Word, No. 4 th.1984:78-9). Menurut Breal semantik masih sebagai ilmu murni
historis (historis semantic). Historis semantik ini cenderung mempelajari
semantik yang berhubungan dengan unsur-unsur luar bahasa.
Reisig (1825)
sebagai salah seorang ahli klasik mengungkapkan konsep baru tentang grammar
(tata bahasa) yang meliputi tiga unsur utama, yakni etimologi, studi asal-usul
kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun makna dan ilmu tanda (makna).
Berdasarkan pemikiran Reisig tersebut maka perkembangan semantik dapat dibagi
dalam tiga masa pertumbuhan, yakni :
1. Masa
pertama, yang ,merupakan underground period.
2. Masa
kedua, semantik sebagai ilmu murni historis.
3. Masa
perkembangan ketiga, ditandai dengan munnculnya karya filolog swedia Gustaf
stern dengan melakukan kajian makna secara empiris dengan bertolak dari satu
bahasa (inggris).
Semantik baru
dinyatakan sebagai ilmu makna pada tahun 1990 dengan munculnya Essai de Semantique dari Breal. Selain
itu, yang juga sangat menentukan arah perkembangan Linguistik berikutnya adalah
Ferdinand de Saussure yang berpandangan bahwa bahasa merupakan satu system yang
terdiri atas unsur-unsur yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan.Pada
tahun 1923 muncul buku The Maining of
Meaning karya Ogden & Richards, yang menekankan tiga unsur dasar, yakni
pikiran (unsur yang menghadirkan makna), referent (memiliki hubungan yang
signifikan dengan makna), simbol (tidak memiliki hubungan langsung dengan
referent).
Ada bermacam-macam
istilah semantik, antara lain, signifik, semasiologi, semologi, semiotic,
semmemik, dan semik. Menurut Lehher, semantik merupakan ilmu yang sangat luas,
karena di dalamnya melibatkan unsure-unsur struktur dan fungsi bahasa yang
berkaitan erat dengan psikologi, filsafat, antropologi dan sosiologi.
Antropologi digunakan dalam analisis makna dalam budaya masyarakat pemakai
suatu bahasa, filsafat digunakan untuk menjelaskan makna secara filosofis,
psikologi bermanfaat karena adanya gejala kejiwaan yang ditampilkan manusia
baik secara verbal ataupun non verbal, dan sosiologi digunakan untuk melihat
hal-hal berupa ungkapan atau ekspresi tertentu yang dapat menandai kelompok sosial
atau identitas sosial.
·
Ruang Lingkup Semantik
Ruang lingkup semantik
berkisar pada hubungan ilmu makna itu sendiri di dalam linguistik, meskipun
faktor nonlinguistik ikut berpengaruh sebagai fungsi bahasa yang nonsimbolik.
Semantik merupakan studi suatu pembeda bahasa dengan hubungan proses mental
atau simbolisme dalam aktifitas bicara. Menurut Sommefelt bahasa merupakan hal
yang prinsip dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah suatu system yang harus
dipelajari seseorang, dari orang lain yang menjadi penutur suatu bahasa. Dari
pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa objek dari semantic adalah makna. Makna
dapat dianalisis melalui tataran bahasa berupa fonologi, morfologi dan
sintaksis. Dalam fonologi dapat membedakan makna melalui pasangan minimal.
Makna dapat pula diteliti melalui fungsi hubungan antar unsur. Dengan demikian
maka akan dikenal adanya makna leksikal dan makna gramatikal, sehingga ruang
lingkup semantik meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan bahkan
teks.
·
Istilah makna
Makna merupakan
pertautan yang ada di antara unsure-unsur suatu bahasa (terutama kata-kata).
Menurut Palmer makna hanya menyangkut intrabahasa sedangkan menurut Lyons
mengkaji makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan
dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari
kata-kata lainnya. Dalam hal isi
komunikasi ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri. Makna
mempunyai tiga tingkat keberadaan, yakni :
1. Pertama,
makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan.
2. Kedua,
makna menjadi isi dari suatu kebahasaan.
3. Ketiga,
makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu.
Sehubungan dengan tiga tingkat
keberadaan makna, samsuri mengungkapkan adanya garis hubungan antara makna,
ungkapan dan kembali ke makna.
Pada hakekatnya
mempelajari makna berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa saling
mengerti. Makna sebuah kalimat sering tidak tergantung pada system gramatikal
dan leksikal saja, tetapi tergantung
pada kaidah wacana. Makna sebuah kalimat yang baik pilihan katanya dan susunan
gramatikalnya sering tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan hubungannya
dengan kalimat lain dalam sebuah wacana.Selain itu, dalam suatu bahasa faktor
ekstralinguistik (sosial) dapat mempengaruhi dalam penentuan makna kalimat,
contohnya dalam bahasa Sunda dan Jawa. Masalah ini termasuk sosiolinguistik
bukan masalah leksikal. Filosof dan Linguis mencoba menjelaskan tiga hal yang
berhubungan degan makna, yakni :
1. Makna
kata secara alamiah
2. Mendeskripsikan
makna kalimat secara alamiah
3. Menjelasakan
proses komunikasi.
Suatu kata akan mempunyai makna
yang beragam bila dihubungkan dengan makna lain. Hal tersebut mengakibatkan
suatu kata A bila dihubungkan dengan kata B akan memiliki jenis hubungan yang
berbeda bila A dihubungkan dengan C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar