Kamis, 31 Mei 2012

Sekilas Tentang Semantik


Semantik berasal dari bahasa Inggris Semantics dari bahasa Yunani sema (nomina) ‘tanda’ : atau dari verba samaino ‘menandai’, ‘berarti’. Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi – sintaksis) dan semantik
Istilah semantik baru muncul pertama sejak tahun 1894 melalui istilah American Philological Associatiaon balam sebuah artikel yang berjudul Reflected meaning. Sejarah mengenai semantik dapat dibaca dalam artikel “An Account of the Word Semantics (Word, No. 4 th.1984:78-9). Menurut Breal semantik masih sebagai ilmu murni historis (historis semantic). Historis semantik ini cenderung mempelajari semantik yang berhubungan dengan unsur-unsur luar bahasa.
Reisig (1825) sebagai salah seorang ahli klasik mengungkapkan konsep baru tentang grammar (tata bahasa) yang meliputi tiga unsur utama, yakni etimologi, studi asal-usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun makna dan ilmu tanda (makna). Berdasarkan pemikiran Reisig tersebut maka perkembangan semantik dapat dibagi dalam tiga masa pertumbuhan, yakni :
1.      Masa pertama, yang ,merupakan underground period.
2.      Masa kedua, semantik sebagai ilmu murni historis.
3.      Masa perkembangan ketiga, ditandai dengan munnculnya karya filolog swedia Gustaf stern dengan melakukan kajian makna secara empiris dengan bertolak dari satu bahasa (inggris).
Semantik baru dinyatakan sebagai ilmu makna pada tahun 1990 dengan munculnya Essai de Semantique dari Breal. Selain itu, yang juga sangat menentukan arah perkembangan Linguistik berikutnya adalah Ferdinand de Saussure yang berpandangan bahwa bahasa merupakan satu system yang terdiri atas unsur-unsur yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan.Pada tahun 1923 muncul buku The Maining of Meaning karya Ogden & Richards, yang menekankan tiga unsur dasar, yakni pikiran (unsur yang menghadirkan makna), referent (memiliki hubungan yang signifikan dengan makna), simbol (tidak memiliki hubungan langsung dengan referent).
Ada bermacam-macam istilah semantik, antara lain, signifik, semasiologi, semologi, semiotic, semmemik, dan semik. Menurut Lehher, semantik merupakan ilmu yang sangat luas, karena di dalamnya melibatkan unsure-unsur struktur dan fungsi bahasa yang berkaitan erat dengan psikologi, filsafat, antropologi dan sosiologi. Antropologi digunakan dalam analisis makna dalam budaya masyarakat pemakai suatu bahasa, filsafat digunakan untuk menjelaskan makna secara filosofis, psikologi bermanfaat karena adanya gejala kejiwaan yang ditampilkan manusia baik secara verbal ataupun non verbal, dan sosiologi digunakan untuk melihat hal-hal berupa ungkapan atau ekspresi tertentu yang dapat menandai kelompok sosial atau identitas sosial.
·         Ruang Lingkup Semantik
Ruang lingkup semantik berkisar pada hubungan ilmu makna itu sendiri di dalam linguistik, meskipun faktor nonlinguistik ikut berpengaruh sebagai fungsi bahasa yang nonsimbolik. Semantik merupakan studi suatu pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau simbolisme dalam aktifitas bicara. Menurut Sommefelt bahasa merupakan hal yang prinsip dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah suatu system yang harus dipelajari seseorang, dari orang lain yang menjadi penutur suatu bahasa. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa objek dari semantic adalah makna. Makna dapat dianalisis melalui tataran bahasa berupa fonologi, morfologi dan sintaksis. Dalam fonologi dapat membedakan makna melalui pasangan minimal. Makna dapat pula diteliti melalui fungsi hubungan antar unsur. Dengan demikian maka akan dikenal adanya makna leksikal dan makna gramatikal, sehingga ruang lingkup semantik meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan bahkan teks.

·         Istilah makna
Makna merupakan pertautan yang ada di antara unsure-unsur suatu bahasa (terutama kata-kata). Menurut Palmer makna hanya menyangkut intrabahasa sedangkan menurut Lyons mengkaji makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lainnya. Dalam hal  isi komunikasi ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri. Makna mempunyai tiga tingkat keberadaan, yakni :
1.      Pertama, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan.
2.      Kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan.
3.      Ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu.
Sehubungan dengan tiga tingkat keberadaan makna, samsuri mengungkapkan adanya garis hubungan antara makna, ungkapan dan kembali ke makna.
Pada hakekatnya mempelajari makna berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa saling mengerti. Makna sebuah kalimat sering tidak tergantung pada system gramatikal dan leksikal saja, tetapi  tergantung pada kaidah wacana. Makna sebuah kalimat yang baik pilihan katanya dan susunan gramatikalnya sering tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan hubungannya dengan kalimat lain dalam sebuah wacana.Selain itu, dalam suatu bahasa faktor ekstralinguistik (sosial) dapat mempengaruhi dalam penentuan makna kalimat, contohnya dalam bahasa Sunda dan Jawa. Masalah ini termasuk sosiolinguistik bukan masalah leksikal. Filosof dan Linguis mencoba menjelaskan tiga hal yang berhubungan degan makna, yakni :
1.      Makna kata secara alamiah
2.      Mendeskripsikan makna kalimat secara alamiah
3.      Menjelasakan proses komunikasi.
Suatu kata akan mempunyai makna yang beragam bila dihubungkan dengan makna lain. Hal tersebut mengakibatkan suatu kata A bila dihubungkan dengan kata B akan memiliki jenis hubungan yang berbeda bila A dihubungkan dengan C.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar